The Good
Capitalist Who Think Cooperative is build a better world
(Kapitalis
Yang Baik Hati)
Oleh :
Agung Setiawan, HC
Saya Pernah mendengarkan sebuah cerita sejarah
koperasi lahir dan sekarang saya akan coba menggambarkannya kepada kalian
dengan versi yang saya buat.
Pertama cerita ini dimulai dengan latar sebuah
pabrik pemintal kapas, kapas yang dipintal akan berubah jadi benang untuk di jual kepada
industri pakaian dan yang membutuhkan benang tersebut. Pabrik ini kira - kira mempunyai
karyawan sekitar 28 orang kurang lebih, mereka semua yang menjadi karyawan
sebagian besar adalah seorang buruh. Buruh – buruh tersebut di gaji oleh sang
pemilik perusahaan yang bernama Robert Owen.
Robert Owen sang pemilik perusahaan adalah
seorang yang pintar dan juga cerdas dalam memimpin perusahaan yang sepenuhnya
dimiliki oleh dirinya tersebut. Ia Begitu piawai memimpin para buruh itu
bekerja setiap harinya. Selain itu buruh yang bekerja pada pabriknya pun sangat
menurut karena mereka semua sangat bergantung pada pabrik tersebut untuk terus
melanjutkan hidup bersama dengan keluarganya di rumah.
Pekerjaan seorang buruh seakan di eksploitasi
oleh sang pemilik pabrik dan itu wajar-wajar saja karena buruh tidak memiliki
hak kepemilikan atas pabrik tempat ia bekerja, pekerjaan buruh setiap hari
adalah mengoperasionalkan mesin pemintal, yang pada jaman itu kerja di pabrik
sebagai seorang buruh berdurasi mulai dari pagi hari hingga pulang malam hari, sungguh
sangat suram pada zaman itu, zaman di mana kebijakan kerja 8 jam belum ada.
Robert Owen suatu hari merasa ada yang kurang
dari pabriknya, ia sadar selaku pemilik pabrik ia tidak boleh hanya diam
melihat kenyataan berlalu dong. Sampai akhirnya ia memperhatikan semua yang ada
dipabriknya. Karyawan (buruh) yang bekerja ia terus perhatikan dari cara mereka
kerja hingga berlanjut ke kehidupan si buruh saat bersama keluarganya.
Dengan kegiatannya tersebut Robert Owen melihat
banyak hal yang sebelumnya tidak ia ketahui, seketika itu juga ia
mulai melakukan rangkaian analisis dari pengamatannya tersebut. Robert coba
membuat kesimpulan-kesimpulan sementara dari apa yang ia analisis.
Kesimpulan pertama yang Robert ambil adalah ternyata
kerja buruhnya dipabrik hanya memintal kapas untuk menjadi benang saja tidak
lebih dari itu, dan tidak pernah ada yang berubah setiap harinya, Kesimpulan
pertama ini ia jadikan sebuah alasan bahwa harus ada inovasi yang ia lakukan
pada kerja-kerja buruhnya tersebut, it’s simply put thinking si robert owen
(biar agak kejakselan).
Kemudian Robert mengambil kesimpulan yang ke
dua, ia mengamati bahwa ternyata buruh-buruhnya bekerja lebih dari 8 jam (dari
pagi sampai malam). Dalam benaknya Robert ia merasa mereka (si buruh) cuma
hidup buat berangkat kerja terus pulang untuk tidur istirahat aja dong (karena
harus bayar kebutuhan hidup anak isteri) #sedih ya jadi buruh,
Kesimpulan yang kedua tersebut membuat Robert Owen
berpikir apa bisa menambah kerja-kerja para buruh dengan kondisi kehidupan
seperti itu ?
Dari dua kesimpulan di atas Robert Owen coba menggabungkan antara
1. Membuat sebuah inovasi.
2. Memperlakukan si buruh lebih baik (baik kehidupannya) maupun
kinerjanya
Dia mulai memperhatikan keluarga si buruh untuk
mengetahui bagaimana kehidupan keluarga buruh - buruhnya dipabrik ketika berkehidupan
di rumahnya masing-masing. Ia mengambil keputusan dengan memperhatikan
kehidupan keluarga si buruh agar muncul hipotesa dan relevansi antara
peningkatan kinerja dan hidup sejahtera.
Lama mengamati si Robert menemukan fakta bahwa
semua buruh di keluarganya ternyata ingin berkehidupan yang lebih layak, Ingin
bisa bergabung bersama keluarga lebih lama, Namun masalah internal keluarganya
begitu banyak (masalah pemenuhan kebutuhan keluarga).
Semua buruh dan keluarganya mengalami kesulitan
membeli bahan-bahan pokok, yang paling utama adalah membeli gandum untuk
membuat roti, atau kebutuhan membeli roti itu sendiri sebagai makanan utama
ketika makan di rumah bersama-sama seluruh anggota keluarga, sehingga si buruh
harus terus bekerja menghasilkan benang dari pintalan demi pintalan kapas di
pabrik milik si Robert Owen.
Pengamatan yang selanjutnya coba dilakukan si
Robert Owen terhadap si buruh adalah ketika di tempat kerjanya. Robert
mengamati buruhnya bekerja dengan diikuti berbagai keterpaksaan hidup, motivasinya
bekerja hanya tertuju kepada pundi-pundi uang yang di bayarkan setiap minggunya,
tidak ada niatan lebih, bahkan untuk berlibur saja mereka tidak terpikirkan, karena
kalau libur tidak menghasilkan uang.
Robert bertanya kepada buruhnya “apa sebenarnya
keinginanmu ketika bekerja? Kau sudah lama bekerja di tempat ini, merupakan
keberuntungan bagi saya selaku pemilik pabrik, apakah kau juga merasakan
keberuntungan yang sama sepertiku?
Jawaban si buruh ketika ditanya “sebenarnya
saya sudah beruntung bisa bekerja di sini pak Robert, mungkin ini semua sudah menjadi
takdir saya, saya lahir dengan keterbatasan, di keluarga yang sederhana, kalau
di tanya soal beruntung mungkin saya ingin lebih beruntung pak”.
Lanjut bertanya ke buruh yang lain
Jawaban dari rata-rata buruh ternyata tidak berbeda satu sama lain,
mereka semua sama-sama ingin lebih beruntung lagi dari hanya sekedar buruh
pabrik biasa saat itu, dari survei langsung sederhana yang Robert lakukan itu,
Robert mulai merangkai strategi-strategi untuk menjawab permasalahan yang sudah
ia temukan tersebut.
Strategi yang terpikirkan saat itu adalah bagaimana
si buruh bisa merasa lebih beruntung dari sebelumnya, agar para buruh beruntung
motivasinya harus bertambah, supaya motivasinya bertambah maka harus ada cita
cita yang dimiliki oleh si buruh, namun cita-cita buruh tersebut juga diiringi
oleh keluarga yang mendukung di rumah.
Yang pertama ia lakukan dalam strateginya
adalah meningkatkan pendapatan si buruh, karena pendapatan buruh itu yang menjadi
motivasi lebih baik untuk si buruh dan juga keluarganya di rumah, akhirnya si
Robert Owen ini mencari formulasi pembagian yang lebih baik dari sebelumnya, dengan
tidak menambah biaya pengeluaran (beban gaji), namun pendapatan si buruh bisa
naik.
Yang kedua ia berpikir kembali tentang bagaimana
si buruh setelah motivasi kerjanya naik, buruh juga punya cita cita lain selain
pendapatan yang sudah bertambah tadi bisa melahirkan banyak motivasi-motivasi
lainnya. Seperti, cita-cita ingin pergi berlibur bersama keluarga, cita-cita
ingin makan makanan enak setiap hari, dan merasa memiliki sesuatu untuk
diperjuangkan.
Robert akhirnya menemukan formulasi yang di rangkai
oleh dua pemikirannya di atas yaitu formulasi tentang kepemilikan pabrik yang
ia miliki, ia membagikan kepemilikan pabriknya kepada seluruh buruhnya dengan
tanpa menggantikan posisinya sebagai pimpinan di pabrik.
Robert memberikan pengumuman tentang pembagian
kepemilikan pabrik kepada seluruh buruhnya dipabrik, saat itu buruh-buruh pun
kaget, mereka bingung mengapa mereka tiba-tiba mendapatkan hak kepemilikan
tempat mereka bekerja.
Robert memberikan alasan-alasan logisnya kepada
seluruh buruh bahwa mereka diberikan kepemilikan pabrik tanpa merubah posisi
mereka sebagai buruh dan si Robert sebagai bos mereka, alasan pertama yang Robert
berikan, mengapa saya bagikan? hal ini dimaksudkan agar pendapatan buruh bisa naik,
maka saya akan tambahkan dari pendapatan bersih perusahaan, jadi ada yang di
bagikan kepada kalian para buruh bisa bertambah tanpa saya harus menambahkan
gaji kalian semua, berlaku untuk seluruh buruh yang ada dipabrik ini.
Lalu alasan kedua, sebagai buruh yang kerjanya
dengan mesin operasional. Sebelumnya selalu tidak ada kesempatan untuk para
buruh bertemu klien pabrik (orang – orang yang membutuhkan benang hasil
produksi pabrik). Yang biasa bertemu dengan para klien adalah Robert sebagai
pimpinannya maka akan tetap seperti itu untuk menjaga kestabilan pabrik.
Pikir Robert dari alasan kedua adalah agar buruh
bisa terus bekerja ketika ada permintaan, selain itu karena kebiasaan buruh
yang di kerjakan setiap hari tidak berubah maka ketika status kepemilikan sudah
diberikan tidak akan merusak ekosistem kerja di pabrik jika posisi tetap sama,
Robert memberikan alasan ketiganya “mulai saat
ini ia menyadari untuk tumbuhnya kreativitas tanpa batas adalah bekerja untuk
sesuatu yang di miliki oleh kita sendiri. Dan akan banyak menambah motivasi kita
dalam menghasilkan karya, apa pun itu dalam bekerja.” (termasuk dalam hal mencari
buruh tambahan jika diperlukan)
Buruh-buruhnya dipabrik masih dalam posisi kaget.
Di tengah kebingungan buruh-buruh itu, pidato pengumuman
Robert terus ia sampaikan kepada semua buruhnya dengan penuh penjelasan agar
menjawab kebingungan yang terjadi.
Robert berkata kepada seluruh buruhnya bahwa kalian
semua sekarang adalah sama-sama pemilik dari pabrik ini, pabrik di mana kalian
bekerja. Yang nantinya ketika kerja kalian semua lebih bagus maka perusahaan
akan lebih untung, ketika lebih untung maka kita semua kalian dan tentunya saya
akan mendapatkan bagian lebih banyak juga kan.
Cerita tidak berhenti disini, justru cerita ini baru dimulai,
Buruh yang bingung pun berpikir ada apa dengan
si Robert atasan mereka. Apa sudah gila memberikan hak kepemilikan pabriknya
kepada kita yang tiap hari cuma ketemu mesin pemintal pabrik ini.
Buruh-buruh hari itu bekerja dalam bingung dan
pulang membawa kebingungan, dan ke-esokan harinya seluruh buruh di ajak rapat
dan di berikan arahan oleh Robert, arahannya adalah uang yang menjadi surplus
perusahaan nantinya akan digunakan bersama-sama untuk membeli bahan-bahan pokok
secara bersama-sama jadi kalian tidak langsung menerimanya. Lalu salah seorang
buruh bertanya, “mengapa dibeli secara bersama?”
Jawabnya Robert simpel jelas dan padat "karena kita sama-sama
butuh... bukan begitu?"
Si Robert menambahkan lagi penjelasan arahannya
tersebut “saya beberapa hari ini melakukan pengamatan terhadap apa yang sama-sama
kita semua butuhkan, yaitu roti sebagai makanan pokok kita.
Di tengah rapat itu semua buruh untuk pertama
kalinya bisa bersuara menyatakan pendapat, mereka semua bersepakat karena
mendengar satu penjelasan kunci dari si Robert tersebut.
Robert lanjut berbicara memberikan arahan
dengan bilang kalau posisi mereka sebagai buruh adalah tulang punggung pabrik
dimana keberlangsungan sebenarnya ada di tangan mereka sebagai orang-orang yang
memproduksi hasil pabrik.
Setelah rapat yang dipimpin oleh Robert
selesai, kepercayaan kepada si Robert lebih meningkat dan buruh perlahan mulai
kerja dengan semangat baru.
Tak lama kemudian surplus perusahaan di bagikan,
di akhir bulan setelah 4 minggu, surplus mereka pun di kumpulkan untuk membeli
roti ke pabriknya langsung. Robert dan beberapa buruh yang membelinya.
Robert melakukan pembelian roti dipabriknya
langsung untuk memotong rantai pasok agar mendapat harga yang lebih murah,
karena yang di belinya juga bukan cuma satu potong atau 10 potong, tapi cukup
untuk satu minggu bagi seluruh buruhnya dirumah bersama dengan keluarga
termasuk dengan dirinya juga.
Para buruh kaget ternyata dari surplus yang di
dapat itu (tanpa mengambil satu sen pun dari gaji si buruh) yang ternyata juga
tidak terlalu banyak itu bisa membeli kebutuhan pokok mereka hingga satu minggu
ke depan
Lanjut cerita,
Buruh pun terlibat lagi pada rapat kedua mereka
dengan si Robert, di rapat itu buruh bertanya kepada pak Robert, “pak Robert
mengapa anda baik sekali? Padahal kami tidak melakukan apa-apa pada pabrik ini
kami hanya bekerja sesuai dengan arahan dari bapak saja selama ini.
Pada kesempatan itu Robert berbicara bahwa
dirinya tengah mencoba sebuah formulasi baru dalam bekerja dimana para buruh yang
bekerja dipabrik ini dapat merasa lebih beruntung dan mempunyai motivasi lebih.
Sekarang pada rapat kali ini saya ingin kalian
keluarkan pendapat kalian soal pabrik ini dan cara kerja seperti apa yang
kalian mau. Begitu keras suara Robert sampai semua buruh berpikir kembali atas
pernyataannya
Si Robert menambahkan mulai sekarang kalian
coba atur jam kerja kalian, karena saya pernah mengamati bahwa kerja kalian di
pabrik ini bisa lebih baik lagi namun yang ada dikepala saya adalah kebuntuan
coba kalian ungkapkan apakah kalian bisa kerja lebih baik ketika kalian yang
atur sendiri. Tegasnya.
Beberapa buruh mulai berpendapat bagaimana
kalau kita bereksperimen dengan pola kerja baru. Beberapa buruh kemudian
mengiyakan dan beberapa yang tidak berpikir coba mempercepat dan berkata kita
coba saja.
Si Robert mendengar hal tersebut coba lebih
mengarahkan buruhnya untuk mencoba satu pola saja yang di terapkan, karena
kalau banyak pola dia tak akan bisa tahu bedanya di mana. Tambahnya lagi pola
tersebut dapat berganti lagi ketika dirinya telah menemukan bedanya kepada
semua buruh
Rapat akhirnya selesai mereka semua bersepakat
untuk, satu bulan ke depan mengurangi jam kerja lalu bulan kedua menambah
kecepatan kerja lalu bulan ketiga rapat lagi.
Singkat cerita
Satu bulan pertama tidak efektif karena buruh
yang biasa kerja lama jadi tidak terbiasa bekerja paruh waktu, satu bulan kemudian
buruh kembali pada pola satu bulan sebelumnya, namun mempercepat kecepatan
kerjanya.
Hasilnya si Robert menyimpulkan bahwa ada pola
kerja yang baik di terapkan untuk pekerjaan sebagai buruh yaitu formulasi 8 jam
kerja, 8 jam istirahat, 8 jam bersama keluarga. Ini menjadi inspirasi seorang
penulis dari francis, yang ia tulis dalam bukunya berjudul "hak untuk
malas". Kalau mau baca bukunya itu karya paul lafargue. Orang asal francis
seorang kritikus sastra, penulis, aktivis politik pada masanya.
Robert Owen menjadi inspirator sekaligus
menjadi pemicu revolusi industri 1.0 di francis dahulu, yang outputnya adalah
kebijakan kerja buruh 8 jam/perhari dan 48 jam untuk 1 minggu.
Walaupun si Robert dari inggris ternyata orang-orang
di francis mengamati betul model bisnis kerja buruh pemintal benang ini untuk
menjadi alasan terjadilah hari buruh internasional (Internasional labour day),
Singkat cerita seluruh buruh pemintal kapas
mulai terbiasa dengan pola kerja seperti itu, sebagai sang inspirator si Robert
di ajak oleh seluruh buruhnya untuk terlibat dalam berbagai kegiatan yang
bersifat kekeluargaan di lingkungan rumah para buruhnya tersebut
Kemudian si Robert mendapatkan banyak inspirasi
dari berbagai kegiatan tersebut dalam memimpin perusahaan yang sudah di miliki
oleh lebih dari 28 orang tersebut.
Kemudian perusahaan berjalan stabil dan terus
berkembang, sistem yang di buat oleh Robert Owen terus berkembang, dan ia
menamainya dengan "Cooperative Business"
Tamat
Itulah sang kapitalis yang melahirkan
cooperation "cooperative". Atau lebih di kenal di indonesia sebagai
koperasi
Ditulis Ulang dari Diskusi Online Grup “DISKON
Pejuang KOPMA”
Jakarta 6 Oktober 2018
Agung Setiawan
Kepala Bidang Inovasi Teknologi dan Informasi
Koperasi Pemuda Indonesia
Comments